Selain wisata alam dan budaya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mendorong pengembangan wisata edukasi mengenai kebencanaan di Desa Wisata Nusa di Aceh Besar.
Desa Wisata Nusa yang terletak di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, dibangun oleh masyarakat pascabencana tsunami secara swadaya. “Desa wisata ini luar biasa karena begitu memiliki daya tarik wisata alam yang memikat, dengan keindahan Bukit Barisan,” ujar Sandiaga, seperti dilansir laman resmi Kemenparekraf, Rabu (20/10/2021).
Selain memiliki potensi alam dan seni budaya, menurut Sandi, desa ini juga sangat potensial untuk pengembangan wisata edukasi tentang kebencanaan. Karena itulah, Menparekraf akan menyusun program wisata edukasi mengenai kebencanaan bersama dengan Prof Azril Azhari dan Prof Fatma Lestari dengan melibatkan Bupati Aceh Besar beserta jajarannya.
Menparekraf juga ingin menggandeng BMKG, dunia usaha internasional, yakni Rinkai Disaster Prevention Park Jepang, serta institusi pendidikan dalam proses pengembangannya. “Dari 50 desa wisata yang masuk ke dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia, ini merupakan desa pertama yang kita canangkan yang mengangkat wisata edukasi tentang pemahaman kebencaan,” ujar Menparekraf saat melakukan visitasi 50 besar desa wisata terbaik Indonesia di Desa Wisata Nusa, Aceh Besar, Rabu (20/10/2021).
Aceh memiliki histori tsunami pada 2004. “Kita ingin belajar dari apa yang terjadi dan kearifan lokal yang bisa kita edukasikan. Khususnya kepada para pelajar,” ujarnya. Turut mendampingi Menparekraf, Bupati Aceh Besar, Mawardi; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf, Indra Ni Tua; serta Kepala Desa Nusa, Yasin.
Source: Kemenparekraf
Keberadaan Desa Wisata Nusa yang didirikan pada 2010 ini sudah cukup lama dikenal. Tidak hanya di kalangan wisatawan nusantara, tetapi juga dikenal oleh wisatawan mancanegara yang mayoritas berasal dari Malaysia, Thailand, dan juga Singapura. Ini karena desa yang terletak di kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, ini terus mengembangkan wisata berbasis masyarakat.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, sekaligus menjaga lingkungan sekitar. Oleh karenanya, masyarakat desa terus mengembangkan potensi lokal yang dimiliki, kemudian diramu menjadi berbagai atraksi wisata menarik. Dengan demikian, ada perpaduan antara alam dan budaya yang sangat kental dapat dihadirkan.
Source: Kemenparekraf
“Ini adalah tren baru pariwisata kita, bahwa pariwisata berbasis komunitas, pariwisata yang membuka lapangan kerja untuk masyarakat, dan terbuka peluang untuk pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandiaga.
“Karena selama ini fokus kita kuantitas, dan wisatawan mancanegara selalu jadi andalan. Padahal kita punya wisatawan nusantara yang ingin merasakan bagaimana eloknya pemandangan Bukit Barisan, dan merasakan bagaimana rasanya berkemah dan mencicipi kuliner lokal di sini,” kata Sandi.
Untuk sampai ke Desa Wisata Nusa, wisatawan hanya perlu menempuh jarak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh. Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Nusa akan disuguhkan dengan pemandangan hamparan sawah-sawah hijau, serta sungai yang cantik dengan latar Bukit Barisan. Keindahan alam Desa Wisata Nusa layaknya lukisan, karena begitu memanjakan mata.
Berbagai aktivitas pun dapat dilakukan di desa ini, seperti berkemah, ikut kelas memasak, serta memancing. Potensi lokal Desa Wisata Nusa juga dilengkapi dengan seni dan budaya seperti Tari Seudati, Tarian Rapai Geleng, Tarian Ranup Lampuan, serta Tarian Ratoh Duek.
Untuk produk ekonomi kreatifnya, Desa Wisata Nusa memiliki produk kuliner keripik oen temuru, yang merupakan olahan keripik berbahan dasar daun kari yang biasa digunakan sebagai campuran dari kuliner ayam tangkap Aceh. Selain itu, ada kuah beulangon, olahan keripik dari pisang, madu, kembang goyang, timphan asoe kaya, seupet kue, kekarah, dan emping melinjo.
Source: Kemenparekraf
Pada subsektor kriya, masyarakat Gampong Wisata Nusa menghasilkan produk yang bahan dasarnya diolah dari sampah layak guna. Sampah didaur ulang menjadi kerajinan tangan berupa kotak tisu, kotak pensil, bunga, vas bunga, dan hiasan rumah. Selain itu, masyarakat juga membuat keranjang dari rotan, olahan dari tumbuhan bilih dan kelapa.
Untuk subsektor fesyen, terdapat tenun khas Kabupaten Aceh Besar. Olahan sampah juga dimanfaatkan masyarakat untuk membuat tas dan topi.
Bagi wisatawan yang ingin menginap, Desa Wisata Nusa memiliki 42 homestay. Sebagian besar merupakan rumah panggung kayu tradisional dengan balutan warna-warni ornamen yang dibangun masyarakat secara swadaya.
Akan tetapi, homestay di Desa Wisata Nusa masih ada keterbatasan dalam hal seprai, sarung bantal dan guling, serta handuk yang belum memenuhi standar internasional, yakni berwarna putih. Untuk itu, Menparekraf memberikan kelengkapan beding tersebut kepada pihak pengelola Desa Wisata Nusa, yang diwakili oleh Ny Rubama.
“Mohon dijaga dalam kondisi yang baik, sarung bantal harus berwarna putih. Karena memang homestay itu standarnya putih agar terlihat kebersihannya,” pesan Menparekraf.
Dalam kesempatan itu, Rubama menyampaikan terima kasih atas perhatian Menparekraf kepada masyarakat Desa Nusa dalam membantu mengembangkan homestay berstandar internasional.
“Kami membangun desa ini membutuhkan proses yang sangat panjang. Untuk itu, cita-cita kami memiliki sprei, sarung bantal dan guling, serta handung berwarna putih sudah diijabah Allah SWT melalui tangan Pak Menteri,” kata Rubama.
Komentar
Posting Komentar